Permainan petak umpet waktu kecil ternyata berefek buruk bagi anak-anak
yang maininnya. Petak umpet adalah permainan di mana ada satu orang yang
jaga, dan yang lain bersembunyi. Itu menyenangkan kalau dilakukan waktu
kecil. Namun semuanya berubah ketika beranjak dewasa. Permainan petak
umpet menjadi menakutkan, sekaligus menyakitkan, karena yang
di-petak-umpet-kan bukan lagi badan kita, tapi perasaan.
Lebih menyesakkannya lagi, seringnya main petak umpet sendiri. Diri
sendiri yang ngumpetin perasaan, dan diri sendiri yang menjaganya.
Banyak alasan yang dijadikan pembenaran oleh orang-orang yang sedang
menyembunyikan perasaan. Ada yang tetap bersembunyi karena nggak mau
ngalahin gengsi, ada yang bilang menyembunyikan perasaan karena rasanya
mustahil menggapai si dia, ada yang memutuskan menyembunyikan perasaan
karena takut merusak kedekatan yang sudah terjalin, sampai yang paling
pahit, menyembunyikan perasaan karena harus, karena dia sudah milik yang
lain.
Nggak ada orang yang menyembunyikan sesuatu tanpa usaha. Sayangnya,
usaha menyembunyikan sesuatu itu selalu terkesan seperti sedang
berbohong. Ya memang, daripada ketahuan sedang menyembunyikan perasaan,
entah itu suka, cinta, atau cuma kangen, orang itu biasanya menutupinya
dengan ini
Quote:“Apa kabar?”
Nggak ada “Apa kabar?” yang benar-benar “Apa kabar?” Pertanyaan ini bisa
banget sebenarnya berarti “Apa kabar sama pacar kamu? Kapan putus?”
atau “Apa kabar hati kamu? Masih mencintaiku?…….. Hahaha, nggak deh,
hati kamu mana pernah kayak gitu.”
Untuk urusan mantan, pertanyaan ini sering kali terlontar dan diikuti
dengan “Ke mana aja? Sombong deh.” Padahal niatnya mau bilang “Kamu
makin cakep. Aku kangen,” jadi berbelit-belit dan basi kayak gitu.
Biasanya lagi, akan bawa-bawa orang lain buat makin menutupi perasaan,
misalnya dengan bawa-bawa mama. “Mama nanyain kamu.” Mama di sana
mungkin maksudnya hati.
Pada tingkatan lebih absurd lagi, sampe anggota-anggota keluarga lain
ikut dibawa juga. “Papa ngajak main catur tuh,” “Kakak pengen ditemenin
ke bengkel tuh,” sampe “Si bibi ngajak nyuci bareng tuh.”
Quote:“Ada tugas nggak?”
Ini sangat berlaku buat secret admirer.
Orang yang lagi jatuh cinta, pastilah pengen ngobrol banyak sama orang
yang lagi dia suka. Tapi keadaannya menjadi sulit ketika suka + gengsi –
gengsi (tapi gak punya bahan obrolan) = kikuk.
Karena kikuk, jadilah apa juga ditanyain, contohnya tugas itu. Tugas
dijadikan lahan modus bagi mereka yang menyembunyikan perasaan supaya
bisa kontekan sama sang idaman. “Eh, ada tugas nggak?” Niatnya sih nanya
kayak gitu biar obrolannya manjang, eh apesnya dibalesnya singkat
doang, “Gak tau.” Atau kalau dia gaul balesnya, “Gx tw.”
Emang gitu sih orang yang lagi nyembunyiin perasaan mah, demi
mengisyaratkan “gue kangen” atau “gue suka” tapi pake ditutupin sampe
pertanyaan paling nggak penting sekalipun ditanyain, “Eh, penggorengan
di rumah aku bentuknya oval loh, kalo di rumah kamu kayak gimana sih?
Oval juga apa limas segitiga?”
Quote:“Minjem catetan dong!”
Kalau suka sama orang emang bawaannya pengen ketemu lagi, ketemu lagi.
Dan teknik paling standar, basi, tapi masih ampuh dalam usaha mendekati
sambil menyembunyikan perasaan.
Bilangnya sih minjem catetan, padahal dia juga udah nyatet. Minjem biar
ada alasan biar kalau catetan dia ditanyain, dia ingat nama kamu dan
nyebutin nama kamu. “Lagi dipinjem sama si kupret, tuh!” Misalnya. Dan
yang pasti, kalimat ini sering dipake buat nyembunyiin perasaan ingin
ketemu terus sama si gebetan.
Quote:“Cuma temen kok.”
Kalimat ini sering digunakan bagi mereka yang sudah dekat, sudah dekat,
dekat banget, sampe-sampe bikin orang-orang di sekitarnya, khususnya
teman-teman terdekatnya bingung lalu bertanya, “Kalian ini sebenernya
gimana sih?” atau “Kalian deket banget, jadian ya?”
Tapi semuanya terbentur karena perasaan yang terus kamu sembunyikan,
atau mungkin pas ditanya orangnya ada di situ, jadilah hanya bisa
bilang, “Iiih apa sih, cuma temen kok.”
Padahal dalam hati “Cuma temen kok. Pengennya sih lebih, tapi dianya gak nembak-nembak.” #eaaa
“
”
Dan inilah yang paling sering orang gunakan untuk menyembunyikan
perasaan. Misalnya ketika gebetan yang selama ini dideketin akhirnya
malah jadian sama yang lain, atau ketika kangen tapi orang yang dituju
nggak kunjung nyadar. Bisa saja orang itu nulis
, padahal hatinya :'(, :'(((((, atau bahkan :”””””””””””””( </3.
Dari semua itu, ada satu hal yang pasti.
Quote:Apa pun alasannya, apa pun cara yang digunakannya, tujuan dari menyembunyikan perasaan adalah: untuk ditemukan.
Sayangnya, nggak semua orang dapat mewujudkan tujuannya.